Panulirus Penicillatus merupakan salah satu jenis lobster yang di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan lobster batu. Bentuk lobster ini nyaris sama dengan spesies lobster lainnya, tetapi ukurannya lebih besar dari udang biasa. Bila lobster air tawar ini dipelihara sesuai dengan cara budidaya lobster batu yang tepat dapat menjadi sebuah usaha yang cukup prospektif. Terlebih permintaan pasarnya semakin luas, baik di dalam negeri terutama untuk kebutuhan industri, catering, restoran, ataupun diekspor ke berbagai negara.
Sebelum memulai usaha budidaya lobster batu sebaiknya Anda mengetahui terlebih dahulu ciri-ciri dan karakteristik dari lobster yang juga sering disebut Spiny Lobster atau Rock Lobster ini. Bentuknya seperti pada umumnya lobster lainnya, tetapi mempunyai warna yang berbeda. Berikut ini sekilas gambaran mengenai Lobster Batu :
Tampilan fisik :
Kepala: bentuknya biasa dilapisi dengan cangkang luar yang bersatu dengan tubuh, mempunyai antena.
Warna: tubuhnya berwarna kemerahan atau kehijauan, seperti hijau kekuningan, hijau coklat kebiruhitaman, atau gelap berwarna, yaitu coklat kemerahan.
Penyebaran :
Lobster Batu telah hidup menyebar di beberapa belahan dunia antara lain pantai benua Meksiko (Guerrero, Nayarit, Sinaloa), pulau-pulau lepas pantai barat Amerika (Kepulauan Galapagos, Cocos Island, Clipperton Island), Samoa, Hawaii, Jepang, Laut Merah, Pasifik Timur dan Indo-Pasifik Barat.
Habitat :
Pada tempat hidup asalnya Lobster Batu tinggal di daerah berbatu pada kedalaman berkisar 1- 4 meter. Ditemui di pantai yang berombak, tidak dipengaruhi oleh sungai, dan air yang jernih. Maka dari itu seringkali ditemukan di pulau-pulau kecil dan dekat pantai. Lobster Batu ini hidup tidak bergerombol (menyendiri) dan nokturnal (aktif pada malam hari), bersembunyi di siang hari di celah-celah karang dan batu.
Ukuran :
Panjang tubuh Lobster Batu maksimal kira-kira 40 cm. Lobster dewasa memiliki panjang rata-rata lebih kurang 30 cm dimana lobster jantan umumnya jauh lebih besar daripada betina.
Metode penangkapan :
Pada habitat aslinya kebanyakan Lobster Batu ditangkap dengan menggunakan tangan atau dengan ditombak ketika menyelam pada siang hari atau menggunakan sinar obor di dekat permukaan air laut/pantai di malam hari. Untuk jenis ini penggunaan perangkap tidaklah efektif. Akan tetapi untuk penggunaan jaring kiranya menawarkan hasil yang lebih baik. Biasanya lobster-lobster tersebut dijual segar untuk dikonsumsi lokal, terutama ekor lobsternya.
Untuk keberhasilan budidaya lobster batu dan kelangsungan hidupnya perlu diperhatikan kondisi kolam budidaya. Misalnya, ketinggian air kolamnya kira-kira 40 cm – 2 m. Kadar garam dalam airnya berkisar 1.028 – 1.032, kadar garamnya dapat diperiksa dengan mempergunakan digital salt meter. Kemudian sebarkan kerang atau pecahan kerikil di dasar kolam supaya lobster nyaman layaknya di habitat aslinya, yakni senang bersembunyi di karang.
Kolam budidaya juga perlu dipertahankan pemenuhan oksigennya di dalam air dengan menggunakan aerator. Jika perlu siapkanlah cadangan generator (genset) jika pasokan aliran listrik dari PLN padam. Makanan yang perlu diberikan pada lobster batu berupa ikan kecil dari laut, seperti kece, kerang atau ikan akhiran dari pelelangan. Berilah pakan sehari 2 kali dengan takaran yang tepat atau pas, tidak boleh kekurangan dan kelebihan untuk menjaga keadaan air tetap segar.
0 komentar:
Posting Komentar